Tan Malaka, seorang pemikir dan tokoh revolusi Indonesia, menyusun pemikirannya dalam buku Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika). Buku ini menggabungkan tiga konsep utama yang menjadi dasar pemikirannya, yaitu materialisme, dialektika, dan logika. Materialisme mengajarkan bahwa kehidupan manusia bergantung pada benda-benda materi dan kondisi material. Dialektika, di sisi lain, adalah cara memahami perkembangan sejarah dan masyarakat melalui konflik dan pertentangan yang ada. Sedangkan logika berfungsi sebagai alat berpikir yang sistematis untuk menganalisis masalah secara rasional. Ketiganya saling terkait untuk memberikan pandangan yang lebih jelas terhadap situasi sosial dan politik.
Pada intinya, Tan Malaka menganggap bahwa perubahan sosial dan politik hanya bisa terjadi apabila masyarakat memahami kenyataan material yang ada dan berjuang untuk merubahnya. Dalam pandangannya, pemahaman terhadap kondisi nyata kehidupan adalah langkah awal untuk mewujudkan perubahan. Dia berpendapat bahwa hanya dengan memahami kenyataan ini, rakyat bisa memanfaatkan logika dan dialektika untuk mencapai kemajuan dan keadilan.
Kini, di tengah situasi politik Indonesia yang semakin kompleks, pemikiran Madilog Tan Malaka terasa relevan untuk dianalisis, terutama dalam melihat kebijakan-kebijakan pemerintah yang berdampak pada masyarakat. Salah satunya adalah kenaikan pajak bumi dan bangunan (PBB) untuk wilayah perkotaan dan pedesaan. Kebijakan ini memicu perdebatan luas, karena banyak pihak menganggapnya sebagai beban berat bagi masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah pedesaan atau perkotaan yang tidak sejahtera.
Melalui pendekatan materialisme, kita bisa melihat bahwa kebijakan ini berhubungan langsung dengan kondisi ekonomi masyarakat. Kenaikan pajak PBB yang drastis tentu akan semakin memberatkan warga yang sudah kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, kenaikan ini bukan hanya soal pembayaran pajak, tetapi juga soal kelangsungan hidup mereka. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami bagaimana kebijakan ini akan memengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat secara keseluruhan.
Dari perspektif dialektika, Tan Malaka mengajarkan bahwa setiap perubahan dalam masyarakat selalu terjadi melalui konflik. Kebijakan kenaikan PBB ini bisa dilihat sebagai bentuk ketegangan antara pemerintah yang berusaha meningkatkan pendapatan negara dan masyarakat yang merasakan dampaknya langsung. Konflik ini menciptakan potensi untuk perlawanan atau perubahan. Dalam hal ini, masyarakat berhak untuk mengkritisi kebijakan tersebut dan memperjuangkan kepentingan mereka, seperti yang diajarkan oleh Tan Malaka dalam buku Madilog.
Logika juga memainkan peran penting dalam menyikapi kebijakan tersebut. Dengan menggunakan logika yang rasional, kita dapat menganalisis apakah kenaikan pajak tersebut benar-benar perlu dilakukan dalam kondisi ekonomi saat ini. Apakah memang ada urgensi untuk menaikkan pajak sebesar itu, ataukah ada cara lain yang lebih adil dan efisien untuk mencapai tujuan yang sama tanpa memberatkan masyarakat? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini perlu dijawab dengan pemikiran yang matang dan terstruktur, agar kebijakan yang diambil benar-benar berpihak pada rakyat banyak.
Jika melihat dari perspektif politik saat ini, kebijakan pajak PBB yang tinggi ini juga menggambarkan kesenjangan antara pemerintah dan masyarakat. Seperti yang Tan Malaka katakan, negara seringkali lebih berpihak pada kepentingan penguasa dan bukan pada rakyat. Kenaikan pajak ini bisa dianggap sebagai bentuk ketidakadilan yang lebih memperburuk keadaan bagi mereka yang sudah berada di bawah garis kemiskinan. Tan Malaka selalu menekankan pentingnya perubahan struktural untuk mengatasi ketimpangan sosial semacam ini.
Dalam hal ini, pemikiran Madilog Tan Malaka mengajak kita untuk berpikir kritis terhadap kebijakan yang ada. Apakah kebijakan ini benar-benar untuk kesejahteraan rakyat, ataukah hanya untuk kepentingan segelintir orang? Masyarakat perlu menggunakan logika dan dialektika untuk menganalisis dan mencari solusi yang lebih baik, yang tidak hanya menguntungkan satu pihak, tetapi membawa manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.
Sebagai masyarakat yang berpikir kritis, kita juga perlu terus mengingat bahwa perubahan yang diinginkan tidak akan datang begitu saja. Perubahan hanya dapat terwujud jika rakyat sadar akan hak-haknya dan berani memperjuangkannya. Tan Malaka mengajarkan kita untuk tidak menyerah dalam menghadapi ketidakadilan dan terus berjuang untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.
0 Komentar